cinta memang kata menarik, tak habis
dibedah kata, tak lekang dimakan masa - tak dapat dijangkau mata walau adanya
nyata
namun dangkal kiranya bila cinta hanya dianggap urusan fisik, sempit
rasanya bila cinta dimaknai hanya pacaran
bila
cinta hanya menyatunya fisik, maka semua hewan pun mampu bercinta, bila cinta
hanya pegangan tangan, aduhai sempitnya cinta
bukan cinta apabila hanya pentingkan
ego pribadi dengan manfaatkan lawan jenis untuk memenuhi syahwat kita
bukan cinta apabila biarkan yang
kita cintai melawan Dzat yang menciptakannya dan menciptakan kita, maksiat
namanya
cinta itu memikirkan yang dicintai,
bukan hanya kemarin dan kini, tapi nanti
cinta itu berserius dan
bersungguh-sungguh, cinta itu memberikan bukan meminta
Allah hiaskan pada diri kita cinta
agar kita dapat tulus menyayangi sesama, memanusiakan manusia dan menyatukannya
dalam ukhuwah
Allah pun berikan pada kita cinta
untuk saling melengkapi, mengutuhkan diri kita sebagai makhluk Allah
sejak awal dunia, cinta telah
berperan, dimulai dari ketiadaan, ruang kosong tanpa waktu, Allah berkehendak
jadikan kita dgn cinta-Nya
ditiupkan ruh-Nya kepada kita agar
menjadi bagian dari kita cinta-Nya itu, dan karena itu terizinkan kita mengecap
nikmat dunia
tengoklah cinta yang sering
terlupakan sampai kubur mengaga dan kafan terbentang, padahal cinta itu hadir
sebelum kita lahir
semua diawali oleh janji suci penuh cinta
yang megikatkan diri kita pada rahim (cinta) bunda terkasih, bertumbuh dan
menanti
ayah terus menanti kita,
kesibukannya sering terusik dengan tanya "apa anakku baik2 saja?, segala
persiapan digiatkan, uang ditumpuk
seringkali di tempat kerja ayah
mengikat perutnya, rela tak penuhi hajatnya hanya karena "ini lebih baik
disimpan untuk si kecil nanti"
bunda yang tak pernah menghitung
jasanya, bertambah berat tubuhnya setiap waktu, sementara kita bertambah ringan
perhatian padanya
walau perutnya tak ajeg dan badannya tak
nyaman, namun pikirnya mantap, bacaannya "bagaimana mempersiapkan kedatangan
bayi?"
dalam mualnya dia bersedekah dengan zikir,
memaksa makanan masuk ke perut walau ia tak suka, beginilah cinta
saat hendak bersalin, tegang diri
bunda saat terbersit ia dipanggil Allah hingga tak sempat lagi menemani dewasa
anaknya
cemas bercampur senang, harap
berkelindan dengan resah, doa dipanjatkan, sakit tak berbilang membuncah, semua
karena cinta
ayah kita yang biasanya kiat pun tak
mampu menahan melihat bunda yang menahan sakit, berjudi dengan nyawa diujung
derita, semua cinta
ayah berucap "jikalau bisa raga
mengganti sakit, biarlah kami yang merasakannya ya Allah!", namun bunda
lebih rela menanggungnya
saat bunda hampir kehilangan harap,
dan ayah di batas asa, teriakan kita membalik semua sakit jadi tawa, hanya cinta
yg mampu begini
masih berlumuran darah, bunda menatap wajah
kita dengan senyuman yang paling indah, seolah dia wanita paling bahagia di
seluruh semesta
lupa sudah sakit, hilang sudah
cemas, ayah kita menghambur memeluk, hanyut dalam tangis layaknya bocah, inilah
cinta
entah darimana tenaga bunda, yang tadi
terkuras dengan teriakan dan tangisan, nyatanya dia tak mau melepaskanmu,
ditimang-timang sayang
saat balita, entah berapa kali bunda harus
bangun, tak pernah penuh lagi rehatnya sejak hari itu, namun semua dia lakukan
dengan cinta
kali ini bunda terbangun karena pipis,
senandungnya mengiringi kembali tidur kita, tak lama kita bangunkan bunda
kembali, kali ini lapar
tak sekalipun ia menyebut semua ini,
walau saat kita menyakitinya, mengingat hal ini sungguh menghancurkan hatinya
saat dewasa, bunda dengarkan semua
keluhan dan makian kita, berlagak bodoh demi harga diri anaknya, membela kita
tanpa kita ketahui
sering dia menyebut kita membanggakan kita
dihadapan teman2nya, menyebut kebaikan kita dan menutup rapat durhaka kita
suara bentakan kita dibalas dengan nasehat
yang tulus, diajarkannya semua hal tentang dunia kepada kita, terkadang
bersenandung
saat malam kita tertidur pulas,
bunda tidak, dia mengangkat tangannya berdoa pada Tuhannya dalam shalat malamnya,
yg tak pernah kita tau
sampai detik inipun ia masih
berdoa.. ”Allah, jadikan putra-putriku sedap dipandang mata, berikanlah mereka
hati lembut dan keshalihan”
kala kita membentak, bunda hanya
bisa menangis, sakit. namun esoknya dia kembali memasak, tersenyum pada kita
seolah tak terjadi apapun
mari kita putar balik memori kita, tulisnya cinta
yang diberikan ayah-bunda, apakah kita menghargainya? atau bahkan ingat pun
tidak?
pernahkah kita memberikan hadiah,
sekedar sekuntum bunga atau selirik ucapan "terimakasih bunda?"
bersujud simpuh dihadapannya?
ataukah bunga pertama yang ingin kita berikan
padanya tatkala tubuhnya terbaring kaku dan jiwanya telah kembali?
ataukah bangga kita padanya baru terucap saat
yangan tak tergenggam lagi dan mata tak bertemu selama-lamanya?
dalam doa selesai shalat kita, berapa banyak
kita menyebut ayah-bunda, ataukah nama yg lebih sering disebut adl pacar?
naudzubillah!
tengoklah pula Rasulullah saw, yang
dengan cinta dia menyebut kita "ummati, ummati, ummati" mengkhawatirkan
kita di ujung maut
tak habis siksaan dialami Rasulullah
demi ummatnya, lepmparan batu, guyuran kotoran ternak dan pukulan, adalah bukti
cinta Rasulullah
cinta Muhammad pada ummatnya tak
lekang waktu, saksikanlah kami bershalawat untuknya duhai Allah, sampaikanlah
padanya, kekasih kami
cinta Allah, Rasul-Nya, dan kedua
orangtua kita, sungguh mereka telah mendahului memberi cinta pada kita
itulah manusia
cinta didepan mata terbutakan nafsu sesaat, yang disalahartikan sebagai
cinta
kita lebih cenderung pada ramai kata
dunia dibanding keputusan Allah dan Rasulnya, mendurhakai pencipta cinta atas
nama cinta
mungkin tak kita ketahui tanpa sadar
bahwa kita telah masuk dalam jebakan yahudi dan nasrani, ditelikung dari titik
buta tanpa sadar
mereka tau bahwa pemuda adalah tumpuan umat
Islam, yang paling peka terhadap cinta, menghancurkan mereka berarti
menghancurkan Islam
mereka kenalkan kita budaya hedonis,
bertuhankan syahwat dan kepuasan nafsu fisik belaka, mereka bungkus dengan kata
cinta
laksana racun berbungkus madu, paras
cinta dunia elok berdadandan menutupi kebusukan aqidah, siap membunuh siapa
saja yang menelannya
jangan kau nodai nama cinta dengan
mengatasnamakannya atas pekerjaan nafsu. Karena cinta jauh berbeda dengan nafsu
cinta tak akan pernah menginginkan
yang dicintai menjadi sengsara dan susah, dan menumpuk kesenangan berdasar
ke-egoisan
jangan katakan cinta apabila ia tau
perbuatannya akan mengantarkan yang dicintainya pada api neraka sementara ia
tetap melakukannya
bukan cinta bila lebih mementingkan
ajaran lain selain ajaran nabi Muhammad saw
ya Allah, sungguh banyak salah dan
khilaf kami pada-Mu. kami tau api neraka itu panas, tetap saja kami melakukan
yang dilarang oleh-Mu
sungguh lemah kami dari mencinta
secara sejati, sungguh pintar kami membuat topeng cinta untuk syahwat kami
karuniakanlah kami cinta sejati, al-hubbu
fillah.. cinta karena Dzat-Mu duhai Allah, pemberi ketentraman hati
karuniakan kami keberanian bertemu
karena Engkau dan berpisah karena Engkau, duhai Allah Dzat yang menyatukan dan
menceraikan
karuniakan kami cinta sejati yang dengannya
kami lebih mencintai-Mu, Rasul-Mu dan jihad di jalan-Mu dibanding barang fana
apapun
Allahuakbar, Masyaa Allah, dan
wafatkan kami dalam keadaan berdakwah di jalan-Mu sebagaimana Rasul-Mu
0 komentar:
Posting Komentar