Rabu, 25 Desember 2013

Cinta Sejati Yang Terlupakan






cinta memang kata menarik, tak habis dibedah kata, tak lekang dimakan masa - tak dapat dijangkau mata walau adanya nyata

namun dangkal kiranya bila  cinta hanya dianggap urusan fisik, sempit rasanya bila cinta dimaknai hanya pacaran

bila  cinta hanya menyatunya fisik, maka semua hewan pun mampu bercinta, bila cinta hanya pegangan tangan, aduhai sempitnya  cinta

bukan cinta apabila hanya pentingkan ego pribadi dengan manfaatkan lawan jenis untuk memenuhi syahwat kita

bukan cinta apabila biarkan yang kita cintai melawan Dzat yang menciptakannya dan menciptakan kita, maksiat namanya

cinta itu memikirkan yang dicintai, bukan hanya kemarin dan kini, tapi nanti

cinta itu berserius dan bersungguh-sungguh, cinta itu memberikan bukan meminta

Allah hiaskan pada diri kita cinta agar kita dapat tulus menyayangi sesama, memanusiakan manusia dan menyatukannya dalam ukhuwah

Allah pun berikan pada kita cinta untuk saling melengkapi, mengutuhkan diri kita sebagai makhluk Allah

sejak awal dunia, cinta telah berperan, dimulai dari ketiadaan, ruang kosong tanpa waktu, Allah berkehendak jadikan kita dgn cinta-Nya

ditiupkan ruh-Nya kepada kita agar menjadi bagian dari kita cinta-Nya itu, dan karena itu terizinkan kita mengecap nikmat dunia

tengoklah cinta yang sering terlupakan sampai kubur mengaga dan kafan terbentang, padahal cinta itu hadir sebelum kita lahir

semua diawali oleh janji suci penuh cinta yang megikatkan diri kita pada rahim (cinta) bunda terkasih, bertumbuh dan menanti

ayah terus menanti kita, kesibukannya sering terusik dengan tanya "apa anakku baik2 saja?, segala persiapan digiatkan, uang ditumpuk

seringkali di tempat kerja ayah mengikat perutnya, rela tak penuhi hajatnya hanya karena "ini lebih baik disimpan untuk si kecil nanti"

bunda yang tak pernah menghitung jasanya, bertambah berat tubuhnya setiap waktu, sementara kita bertambah ringan perhatian padanya

 walau perutnya tak ajeg dan badannya tak nyaman, namun pikirnya mantap, bacaannya "bagaimana mempersiapkan kedatangan bayi?"

 dalam mualnya dia bersedekah dengan zikir, memaksa makanan masuk ke perut walau ia tak suka, beginilah cinta

saat hendak bersalin, tegang diri bunda saat terbersit ia dipanggil Allah hingga tak sempat lagi menemani dewasa anaknya

cemas bercampur senang, harap berkelindan dengan resah, doa dipanjatkan, sakit tak berbilang membuncah, semua karena cinta

ayah kita yang biasanya kiat pun tak mampu menahan melihat bunda yang menahan sakit, berjudi dengan nyawa diujung derita, semua cinta

ayah berucap "jikalau bisa raga mengganti sakit, biarlah kami yang merasakannya ya Allah!", namun bunda lebih rela menanggungnya

saat bunda hampir kehilangan harap, dan ayah di batas asa, teriakan kita membalik semua sakit jadi tawa, hanya cinta yg mampu begini

 masih berlumuran darah, bunda menatap wajah kita dengan senyuman yang paling indah, seolah dia wanita paling bahagia di seluruh semesta

lupa sudah sakit, hilang sudah cemas, ayah kita menghambur memeluk, hanyut dalam tangis layaknya bocah, inilah cinta

 entah darimana tenaga bunda, yang tadi terkuras dengan teriakan dan tangisan, nyatanya dia tak mau melepaskanmu, ditimang-timang sayang

 saat balita, entah berapa kali bunda harus bangun, tak pernah penuh lagi rehatnya sejak hari itu, namun semua dia lakukan dengan cinta

 kali ini bunda terbangun karena pipis, senandungnya mengiringi kembali tidur kita, tak lama kita bangunkan bunda kembali, kali ini lapar

tak sekalipun ia menyebut semua ini, walau saat kita menyakitinya, mengingat hal ini sungguh menghancurkan hatinya

saat dewasa, bunda dengarkan semua keluhan dan makian kita, berlagak bodoh demi harga diri anaknya, membela kita tanpa kita ketahui

 sering dia menyebut kita membanggakan kita dihadapan teman2nya, menyebut kebaikan kita dan menutup rapat durhaka kita

 suara bentakan kita dibalas dengan nasehat yang tulus, diajarkannya semua hal tentang dunia kepada kita, terkadang bersenandung

saat malam kita tertidur pulas, bunda tidak, dia mengangkat tangannya berdoa pada Tuhannya dalam shalat malamnya, yg tak pernah kita tau

sampai detik inipun ia masih berdoa.. ”Allah, jadikan putra-putriku sedap dipandang mata, berikanlah mereka hati lembut dan keshalihan”

kala kita membentak, bunda hanya bisa menangis, sakit. namun esoknya dia kembali memasak, tersenyum pada kita seolah tak terjadi apapun

 mari kita putar balik memori kita, tulisnya cinta yang diberikan ayah-bunda, apakah kita menghargainya? atau bahkan ingat pun tidak?

pernahkah kita memberikan hadiah, sekedar sekuntum bunga atau selirik ucapan "terimakasih bunda?" bersujud simpuh dihadapannya?

 ataukah bunga pertama yang ingin kita berikan padanya tatkala tubuhnya terbaring kaku dan jiwanya telah kembali?

 ataukah bangga kita padanya baru terucap saat yangan tak tergenggam lagi dan mata tak bertemu selama-lamanya?

 dalam doa selesai shalat kita, berapa banyak kita menyebut ayah-bunda, ataukah nama yg lebih sering disebut adl pacar? naudzubillah!

tengoklah pula Rasulullah saw, yang dengan cinta dia menyebut kita "ummati, ummati, ummati" mengkhawatirkan kita di ujung maut

tak habis siksaan dialami Rasulullah demi ummatnya, lepmparan batu, guyuran kotoran ternak dan pukulan, adalah bukti cinta Rasulullah

cinta Muhammad pada ummatnya tak lekang waktu, saksikanlah kami bershalawat untuknya duhai Allah, sampaikanlah padanya, kekasih kami

cinta Allah, Rasul-Nya, dan kedua orangtua kita, sungguh mereka telah mendahului memberi cinta pada kita

 itulah manusia  cinta didepan mata terbutakan nafsu sesaat, yang disalahartikan sebagai cinta

kita lebih cenderung pada ramai kata dunia dibanding keputusan Allah dan Rasulnya, mendurhakai pencipta cinta atas nama cinta

mungkin tak kita ketahui tanpa sadar bahwa kita telah masuk dalam jebakan yahudi dan nasrani, ditelikung dari titik buta tanpa sadar

 mereka tau bahwa pemuda adalah tumpuan umat Islam, yang paling peka terhadap cinta, menghancurkan mereka berarti menghancurkan Islam

 mereka kenalkan kita budaya hedonis, bertuhankan syahwat dan kepuasan nafsu fisik belaka, mereka bungkus dengan kata cinta

laksana racun berbungkus madu, paras cinta dunia elok berdadandan menutupi kebusukan aqidah, siap membunuh siapa saja yang menelannya

jangan kau nodai nama cinta dengan mengatasnamakannya atas pekerjaan nafsu. Karena cinta jauh berbeda dengan nafsu

cinta tak akan pernah menginginkan yang dicintai menjadi sengsara dan susah, dan menumpuk kesenangan berdasar ke-egoisan

 jangan katakan cinta apabila ia tau perbuatannya akan mengantarkan yang dicintainya pada api neraka sementara ia tetap melakukannya

bukan cinta bila lebih mementingkan ajaran lain selain ajaran nabi Muhammad saw

ya Allah, sungguh banyak salah dan khilaf kami pada-Mu. kami tau api neraka itu panas, tetap saja kami melakukan yang dilarang oleh-Mu

sungguh lemah kami dari mencinta secara sejati, sungguh pintar kami membuat topeng cinta untuk syahwat kami

 karuniakanlah kami cinta sejati, al-hubbu fillah.. cinta karena Dzat-Mu duhai Allah, pemberi ketentraman hati

karuniakan kami keberanian bertemu karena Engkau dan berpisah karena Engkau, duhai Allah Dzat yang menyatukan dan menceraikan

 karuniakan kami cinta sejati yang dengannya kami lebih mencintai-Mu, Rasul-Mu dan jihad di jalan-Mu dibanding barang fana apapun

Allahuakbar, Masyaa Allah, dan wafatkan kami dalam keadaan berdakwah di jalan-Mu sebagaimana Rasul-Mu