MODAL, STRUKTUR MODAL DAN JENIS MODAL
1.
Pengertian Modal
Suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya sejalan
dengan perkembangan yang dialami selalu membutuhkan modal yang digunakan untuk
membiayai dalam kegiatan operasional perusahaan itu sehari-hari, baik untuk
melakukan investasi maupun untuk keperluan yang lainnya. Besar kecilnya modal
yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung dari besar kecilnya biaya akan
dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri.
Modal
( Capital ) adalah dana yg digunakan untuk membiayai pengadaan asset dan
operasional suatu perusahaan. Modal dapat dilihat di neraca sisi kanan: hutang,
saham biasa, saham preferen dan laba ditahan.
Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik
perusahaan dalam pos modal (modal saham), keuntungan atau laba yang
ditahan atau kelebihan aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh
utangnya (Munawir,2001).
Menurut Ridwan S. dan Inge Barlian (2002:240) bahwa
pengertian modal adalah:“Modal, menunjukan dana jangka panjang pada suatu
perusahaan yang meliputi semua bagian di sisi kanan neraca perusahaan, kecuali
hutang lancar”.
Menurut Bambang Riyanto (2001:17) orientasi dari
pengertian modal adalah: “Physical-oriented. Dalam hubungan ini dapat
dikemukakan pengertian modal yang klasik, di mana artian modal adalah
sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut”.
Adapun yang menjadi sumber-sumber dari modal itu sendiri,
yaitu:
a.
Ditinjau dari asalnya, terdiri dari
sumber internal dan sumber eksternal.
b.
Ditinjau dari cara terjadinya, terdiri dari
tabungan, kredit oleh bank, intensifikasi penggunaan uang.
2.
Struktur Modal
a.
Pengertian Struktur
Modal
Struktur modal (capital structure) adalah perbandingan atau imbangan
hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Menurut J. Fred
Weston dan Thomas E Copeland (1996) mengatakan bahwa struktur modal adalah
pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen, dan
modal pemegang saham.
Menurut Keown et.al (2000), struktur modal adalah paduan
atau kombinasi sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan. Struktur
modal menggambarkan pembiayaan permanen perusahaan yang terdiri atas utang
jangka panjang dan modal sendiri(Menurut Farah Margaretha (2004).
Menurut Handono Mardiyanto (2009), struktur modal
didefinisikan sebagai komposisi dan proposi utang jangka panjang dan ekuitas
(saham preferen dan saham biasa) yang ditetapkan perusahaan.
Menurut Ahmad Rodoni dan Herni Ali (2010), struktur modal
adalah proposi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dimana
dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau paduan sumber yang berasal dari
dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama yakni yang berasal dari
dalam dan luar perusahaan. Struktur modal merupakan proporsi atau perbandingan dalam
menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan, apakah dengan cara
menggunakan utang, ekuitas, atau dengan menerbitkan saham (Birgham: 1996) dalam
penelitian Tinjung Desy Nursanti (2004).
Bambang Riyanto (2001) dalam penelitian Hasa
Nurrohim (2008), struktur modal adalah pembelanjaan permanen yang mencerminkan
pertimbangan atau perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal
sendiri.
Struktur modal
menunjukkan proposi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya,
sehingga dengan mengetahui struktur modal, investor dapat mengetahui
keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian investasinya.
Jadi, berdasarkan beberapa referensi tersebut penulis
dapat menyimpulkan bahwa struktur modal adalah proposi dalam menentukan
pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dengan sumber pendanaan jangka panjang
yang berasal dari dana internal dan dana eksternal, dengan demikian struktur
modal adalah struktur keuangan dikurangi utang jangka pendek. Sedangkan
pengertian struktur keuangan menurut Farah Margaretha (2004) menggambarkan
susunan keseluruhan sisi kredit neraca yang terdiri atas utang jangka pendek,
utang jangka panjang, dan modal sendiri.
Utang jangka pendek tidak diperhitungkan dalam struktur
modal karena utang jenis ini umumnya bersifat spontan (berubah sesuai dengan
perubahan tingkat penjualan) sementara itu utang jangka panjang bersifat tetap
selama jangka waktu yang relatif panjang (lebih dari satu tahun) sehingga
keberadaannya perlu lebih dipikirkan oleh para manajer keuangan. Itulah alasan
utama mengapa struktur modal hanya terdiri dari utang jangka panjang dan
ekuitas. Karena alasan itu pulalah biaya modal hanya mempertimbangkan sumber
dana jangka panjang (Handono Mardiyanto, 2009).
Kebutuhan dana yang berasal dari dalam atau sering disebut
modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri seperti
cadangan laba yang berasal dari pemilik seperti modal saham. Modal inilah yang
menjadi tanggungan terhadap keseluruhan resiko perusahaan dan dijadikan jaminan
bagi kreditor. Sedangkan dana yang berasal dari luar adalah modal yang berasal
dari kreditur (panyandang dana), modal inilah yang merupakan utang bagi
perusahaan yang bersangkutan (Bambang Riyanto, 1980).
Tujuan dari manajemen struktur modal atau capital
structure management adalah menggabungkan sumber – sumber dana yang
digunakan perusahaan untuk membiayai operasi. Dengan kata lain, tujuan ini
dapat dilihat sebagai pencarian gabungan dana yang akan meminimumkan biaya
modal dan dapat memaksimalkan harga saham.Struktur modal
yang demikian, dapat kita sebut sebagai struktur modal yang optimal (Ahmad
Rodoni dan Herni Ali, 2010).
Konsep penting manajemen modal adalah masalah sumber dana
dan penggunaan dana. Dana dapat dipenuhi dari sumber intern ataupun sumber
ekstern perusahaan. Dana tersebut dialokasikan untuk
membelanjai aktiva perusahaan. Pada hakekatnya, pemenuhan dan pengalokasian
dana menyangkut masalah keseimbangan finansial dalam perusahaan, yaitu
mengadakan keseimbangan finansial antara aktiva dengan pasiva tersebut dengan
sebaik – baiknya. Keseimbangan finansial dapai dicapai, apabila perusahaan
tersebut selama menjalankan fungsinya tidak menghadapi gangguan – gangguan
finansial yang disebabkan tidak adanya keseimbangan antara jumlah modal yang
tersedia dengan modal yang dibutuhkan.
Menurut Bambang Riyanto
(2001) di dalam penelitian Elyana Noor Andriyanti (2007) ada dua pedoman structure
financial yaitu pedoman structure financial vertical dan
pedoman structure financial horizontal. Pedoman structure
financial vertical memberikan batas rasio yang harus dipertahankan oleh
suatu perusahaan mengenai besarnya modal pinjaman atau hutang dengan
besarnya jumlah modal sendiri. Berdasarkan anggapan bahwa pembelanjaan yang
sehat itu awalnya harus dibangun atas dasar modal sendiri, maka pedoman structure
financial tersebut menetapkan bahwa besarnya jumlah modal pinjaman
atau hutang dalam suatu perusahaan dalam keadaan bagaimanapun tidak boleh
melebihi besarnya jumlah modal sendiri. Dengan demikian angka perbandingan
antara jumlah hutang dengan jumlah modal sendiri tidak boleh lebih dari 100%.
Adapun structure financial horizontalmemberikan batas
rasio antara besarnya jumlah modal sendiri dengan besarnya jumlah aktiva tetap
ditambah persediaan bersih. Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa
dana yang terkait dalam aktiva tetap ditambah persediaan bersih akan tetap
tertanam di dalam perusahaan, sehingga sifat kebutuhan dananya adalah
permanen. Sumber dana yang permanen atau sumber dana yang akan tetap tertanam
dalam perusahaan adalah modal sendiri.
b.
Teori Struktur Modal
1. Teori
Pendekatan Tradisional
Pendekatan Tradisional berpendapat
akan adanya struktur modal yang optimal. Artinya Struktur Modal mempunyai
pengaruh terhadap Nilai Perusahaan, dimana Struktur Modal dapat berubah-ubah
agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal.
2. Teori Pendekatan Modigliani dan
Miller
Dalam teori ini berpendapat bahwa
Struktur Modal tidak mempengaruhi Perusahaan. Dalam hal ini telah dimasukkan
faktor pajak. Sehingga nilai Perusahaan dengan hutang lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai perusahan tanpa hutang, Kenaikan tersebut dikarenakan
adanya penghematan pajak.
3. Teori Pecking Order
Teori Pecking Order menjelaskan
mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang lebih tinggi justru
mempunyai tingkat hutang yang lebih kecil.
Secara spesifik, perusahaan mempunyai urutan-urutan prefensi
dalam penggunaan dana. Skenario urutan dalam Teori Pecking Order adalah sebagai
berikut :
a.
Perusahaan
memilih pandangan internal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba
(keuntungan) yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan.
b.
Perusahaan
menhitung target rasio pembayaran didasarkan pada perkiraan kesempatan
investasi.
c.
Karena
kebijakan deviden yang konstan, digabung dengan fluktuasi keuntungan dan
kesempatan investasi yang tidak bisa diprediksi, akan menyebabkan aliran kas
yang diterima oleh perusahaan akan lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran
investasi pada saat saat tertentu dan akan lebih kecil pada saat yang lain.
d.
Jika
padangan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkansurat berharga
yang paling aman terlebih dulu. Perusahaan akan memulai dengan hutang, kemudian
dengan surat berharga campuran seperti obligasi konvertibel, dan
kemudian barangkali saham sebagai pilihan terakhir.
4. Financial
Distress Dan Agency Costs
Financial distress adalah kondisi
dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan terancam bangkrut. Jika
perusahaan mengalami kebangkrutan, maka akan timbul biaya kebangkrutan yang
disebabkan oleh: keterpaksaan menjual aktiva dibawah harga pasar, biaya
likuidasi perusahaan, rusaknya aktiva tetap dimakan waktu sebelum terjual, dan
sebagainya.
Agency costs atau biaya keagenan
adalah biaya yang timbul karena perusahaan menggunakan hutang dan melibatkan
hubungan antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dan kreditor. Biaya
keagenan ini muncul dari problem keagenan. Jika perusahaan menggunakan utang,
ada kemungkinan pemilik perusahaan melakukan tindakan yang merugikan kreditor.
5. Model
trade off
Menurut trade-off theory yang
diungkapkan oleh Myers (2001:81), “Perusahaan akan berhutang sampai pada
tingkat utang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari
tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress)”.Biaya
kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy
costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs)
yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan.Trade-off
theory dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa
faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan biaya
kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan
asumsi efisiensi pasar dan symmetric information sebagai imbangan dan
manfaat penggunaan utang. 6. Teori informasi tidak simetris
Awal dekade 1950-an, Gordon
Donaldson dari Harvard University mengajukan teori tentang
informasi asimetris. Asymmetric information adalah kondisi dimana suatu pihak
memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak lain. Karena asymmetric
information, manajemen perusahaan tahu lebih banyak tentang perusahaan
dibanding investor di pasar modal.
Terlepas dari pendekatan mana yang
akan diambil untuk menentukan struktur modal yang optimal, para manajer
keuangan perlu mempertimbangkan beberapa faktor penting sebagai berikut (Dr.
Dermawan Sjahrial, M.M.,2008:204-205):
1.
Tingkat penjualan, perusahaan dengan
penjualan yang relatif stabil berarti memiliki aliran kas yang relatif stabil
pula, maka dapat menggunakan hutang lebih besar daripada perusahaan dengan
penjualan yang tidak stabil.
2.
Struktur aktiva, perusahaan yang
memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah
besar hal ini disebabkan karena dari skalanya dibandingkan dengan perusahaan
kecil. Kemudian besarnya aktiva tetap dapat digunakan sebagai jaminan atau
kolateral hutang perusahaan.
3.
Tingkat pertumbuhan perusahaan,
semakin cepat pertumbuhan perusahaan, maka semakin besar kebutuhan dana untuk
pembiayaan ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang, maka
semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba.
4.
Kemampuan menghasilkan laba periode
sebelumnya merupakan faktor penting dalam menentukan struktur modal.
5.
Variabilitas laba dan perlindungan
pajak, perusahaan dengan variabilitas laba yang kecil akan memiliki kemampuan
yang lebih besar untuk menanggung beban tetap yang berasal dari hutang.
6.
Skala perusahaan, perusahaan besar
yang sudah mapan akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding
dengan perusahaan kecil.
7.
Kondisi intern perusahaan dan
ekonomi makro, perusahaan perlu melihat saat yang tepat untuk menjual saham dan
obligasi.
Menurut Martono dan D. Agus Harjito
(2000:240) struktur modal yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal
yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau biaya modal
rata-rata, sehingga akan memaksimalkan nilai perusahaan.
c. Faktor
Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
Struktur Modal antara lain :
1. Struktur Aktiva (Tangibility)
Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar
modalnya tertanam dalam aktiva tetap , akan mengutamakan pemenuhan modalnya
dari modal yang permanent yaitu modal sendiri, sedangkan hutang bersifat
pelengkap. Perusahaan yang semakin besar aktivanya terdiri dari aktiva lancar
akan cenderung mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana dengan utang. Hal ini
menunjukkan adanya pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal suatu
perusahaan
2. Growth Opportunity
Yaitu kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi
pada hal-hal yang menguntungkan. Teori Agency menggambarkan hubungan yang
negative antara Growth Opprtunity dan leverage. Perusahaan dengan tingkat
leverage yang tinggi cenderung akan melewatkan kesempatan dalam
berinvestasi pada kesempatan investasi yang menguntungkan.
3. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Perusahaan besar cenderung akan melakukan
diversifikasi usaha lebih banyak dari pada perusahaan kecil. Oleh karena itu
kemungkinan kegagalan dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih
kecil. Ukuran perusahaan sering dijadikan indikator bagi kemungkinan terjadinya
kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan dalam ukuran lebih besar
dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya.
4. Profitabiltas
Teori Pecking Order mengatakan bahwa perusahaan lebih
menyukai internal funding. Perusahaan dengan profitalitas yang tinggi tentu
memiliki dana internal yang lebih banyak dari pada perusahaan dengan
profitalitas rendah.
Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi investasi
menggunakan utang yang relative kecil (Bringham & Houston, 2001). Tingkat
pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan
pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Hal ini menunjukkan
bahwa profitalitas berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan.
5. Risiko Bisnis
Risiko Bisnis akan mempersulit perusahaan dalam
melaksanakan pendanaan eksternal, sehingga secara teori akan berpengaruh
negative terhadap leverage perusahaan.
Komponen struktur modal dapat dilihat di sisi kanan
laporan neraca perusahaan, dimana yang merupakan pembiayaan pembelanjaan
permanen bagi perusahaan adalah hutang jangka panjang, sahampreferen dan
modal biasa. Berbagai teori struktur modal telah dikembangkan para pakar untuk
menentukan struktur modal yang optimal dengan menganalisis komposisi dari
hutang dan modal.
Tujuan manajemen struktur modal adalah memadukan
sumber-sumber dana permanen yang digunakan perusahaan untuk operasionalnya yang
akan memaksimumkan nilai perusahaan itu sendiri. Pencarian struktur modal yang
optimal merupakan pekerjaan yang sangat sulit, karena adanya konflik yang
mengarah kepada biaya agensi. Konflik lama terjadi antara pemegang saham dan
pemegang obligasi dalam penetapan struktur modal optimal suatu perusahaan. Maka
untuk mengurangi kemungkinan manajemen menanggung resiko berlebihan atas nama
pemegang saham, perlu memasukkan beberapa batasan protektif.
3.
Jenis Jenis Modal
a.
Modal Asing/Hutang
Modal
asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara
bekerja di dalam perusahaan dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal
tersebut merupakan utang yang pada saatnya harus dibayar kembali. Menurut FASB, utang adalah
pengorbanan manfaat ekonomi masa mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban
sekarang suatu entitas untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada
entitas lain dimasa mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu.Dilihat dari jangka penggunaan dana,
maka dana yang digunakan perusahaan berasal dari sumber dana jangka pendek, dan
jangka menengah serta jangka panjang.
1.
Hutang
Jangka Pendek (Short-term debt)
Utang
jangka pendek merupakan utang yang diharapkan akan dilunasi dalam waktu 1 tahun
atau satu siklus operasi normal perusahaan dengan menggunakan sumber-sumber
aktiva lancar atau dengan menimbulkan utang jangka pendek yang baru. Jenis-
jenis Hutang jangka pendek antara lain:
a)
Utang
dagang adalah utang yang timbul karena adanya pembelian barang dagangan.
b)
Utang
wesel adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada suatu
tanggal tertentu dimasa depan dan dapat berasal dari pembelian, pembiayaan,
atau transaksi lainnya.
c)
Biaya
yang masih harus dibayar, adalah biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum
dilakukan pembayarannya.
d) Utang jangka panjang yang segera
jatuh tempo adalah sebagian atau seluruh utang jangka panjang yang sudah
menjadi utang jangka pendek, karena harus segera dilakukan pembayaran.
e)
Penghasilan
yang diterima dimuka ( Deferred Revenue) adalah penerimaan uang untuk
penjualan barang dan jasa yang belum terealisir.
2.
Hutang Jangka Panjang (Long-Term Debt)
Hutang jangka panjang adalah hutang yang jangka waktunya
adalah panjang, umumnya lebih dari sepuluh tahun. Hutang jangka panjang ini
pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau
modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut
meliputi jumlah yang besar. Jenis atau bentuk-bentuk utama dari utang jangka
panjang ini antara lain:
1.
Hutang
Hipotik (Mortgage) adalah bentuk hutang jangka panjang yang dijamin
dengan aktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan) kecuali kapal dengan bunga,
jangka waktu dan cara pembayaran tertentu.
2.
Obligasi
adalah sertifikat yang menunjukan pengakuan bahwa perusahaan meminjam uang dan
menyetujui untuk membayarnya kembali dalam jangka waktu tertentu. Pelunasan
atau pembayaran kembali pinjaman obligasi dapat diambil dari penyusutan aktiva
tetap yang dibelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut dan dari keuntungan.
Jenis-jenis obligasi antara lain adalah (Riyanto:2008):
a.
Obligasi
biasa (Bonds) adalah obligasi yang bunganya tetap dibayar oleh debitur
dalam waktu-waktu tertentu, dengan tidak memandang apakah debitur memperoleh
keuntungan atau tidak. Biasanya kupon (bunga obligasi) dibayar dua kali setiap
tahunnya.
b.
Obligasi
pendapatan (income bonds) adalah jenis obligasi dimana pembayaran bunga
hanya dilakukan pada waktu debitur atau perusahaan yang mengeluarkan surat
obligasi tersebut mendapat keuntungan. Tetapi di sini kreditur memiliki hak
kumulatif, artinya apabila pada suatu tahun perusahaan menderita kerugian
sehingga tidak dibayarkan bunga, dan apabila ditahun kemudiannya perusahaan
mendapat keuntungan, maka kreditur berhak untuk menuntut bunga dari tahun yang
tidak dibayar itu.
c.
Obligasi
yang dapat ditukarkan (convertible bonds) adalah obligasi yang
memberikan kesempatan kepada pemegang surat obligasi tersebut untuk
menukarkannya dengan saham dari perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian,
maka jenis obligasi ini memungkinkan pemegangnya untuk mengubah statusnya,
yaitu dari kreditur menjadi pemilik.
b.
Modal Sendiri (Shareholder Equity)
Modal
sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam
dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya(Riyanto:2001). Modal
sendiri berasal dari sumber intern maupun sumber extern.
Sumber intern diperoleh dari keuntungan yang dihasilkan
peerusahaan, sedangkan sumber extern berasal dari modal yang
berasal dari pemilik perusahaan. Modal sendiri juga dapat didefinisikan sebagai
dana yang “dipinjam” dalam jangka waktu tak terbatas dari para pemegang saham.
Komponen modal sendiri terdiri dari :
1.
Modal
Saham
Sumber modal sendiri dapat berasal dari dalam perusahaan
maupun luar perusahaan. Sumber dari dalam (internal financing) berasal
dari hasil operasi perusahaan yang berbentuk laba ditahan dan penyusutan.
Sedangkan sumber dari luar (external financing) dapat dalam bentuk saham
biasa atau saham preferen (Husnan:2000). Saham adalah tanda bukti pengambilan
bagian atau peserta dalam suatu Perseroan Terbatas (P.T), dimana modal saham
terdiri dari :
a.
Saham
Biasa (Common Stock)
Saham
biasa adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang ditanamkan oleh
investor, dimana pemilik saham ini, dengan memiliki saham ini berarti ia
membeli prospek dan siap menanggung segala risiko sebesar dana yang ditanamkan.
b.
Saham
Preferen (Preferred Stock)
Saham
preferen bentuk komponen modal jangka panjang yang merupakan kombinasi antara
modal sendiri dengan hutang jangka panjang.
c.
Saham
Preferen Kumulatif (Cummulative Prefered Stock)
Jenis
saham ini pada dasarnya adalah sama dengan saham preferen. Perbedaannya hanya
terletak pada adanya hak kumulatif pada saham preferen kumulatif. Dengan
demikian pemegang saham kumulatif apabila tidak menerima deviden selama
beberapa waktu karena besarnya laba tidak mengizinkan atau karena adanya
kerugian, pemegang saham jenis ini di kemudian hari apabila perusahaan
mendapatkan keuntungan berhak untuk menuntut dividen-dividen yang tidak
dibayarkan diwaktu-waktu yang lampau.
2.
Cadangan
Menurut Riyanto (2008) cadangan dimaksudkan sebagai cadangan
yang dibentuk dari keuntungan yang dibentuk oleh perusahaan selama beberapa
waktu yang lampau atau dari tahun yang berjalan (reserve that are surplus).
Tidak semua cadangan termasuk dalam pengertian modal sendiri. Cadangan yang
termasuk dalam modal sendiri antara lain:
a.
Cadangan
Ekspansi
b.
Cadangan
modal kerja
c.
Cadangan
selisih kurs
d.
Cadangan
untuk menampung hal-hal atau kejadian-kejadian yang tidak diduga sebelumnya.
3. Laba Ditahan
Laba ditahan adalah sisa laba dari keuntungan yang tidak
dibayarkan sebagai deviden. Komponen modal sendiri ini merupakan modal dalam
perusahaan yang dipertaruhkan untuk segala risiko, baik risiko usaha maupun
risiko kerugian–kerugian lainnya. Modal sendiri ini tidak memerlukan adanya
jaminan atau keharusan untuk pembayaran kembali dalam setiap keadaan maupun
tidak adanya kepastian tentang jangka waktu pembayaran kembali modal yang
disetor. Oleh karena itu, tiap–tiap perusahaan harus mempunyai sejumlah minimum
modal yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
KESIMPULAN
Dari uraian yang
telah di tulis maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut
1. Modal ( Capital ) adalah dana yg
digunakan untuk membiayai pengadaan asset dan operasional suatu perusahaan.
Modal dapat dilihat di neraca sisi kanan: hutang, saham biasa, saham preferen
dan laba ditahan.
2.
Struktur modal adalah proposi dalam
menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dengan sumber pendanaan
jangka panjang yang berasal dari dana internal dan dana eksternal, dengan
demikian struktur modal adalah struktur keuangan dikurangi utang jangka pendek.
3. Bahwa Struktur Aktiva
(Tangibility),Growth Opportunity, Ukuran Perusahaan (Firm Size), Profitabiltas
dan Risiko Bisnis baik secara simultan maupun parsial mempunyai pengaruh
pada Keputusan Struktur Modal Suatu Perusahaan.
4. Modal dibagi dalam 2 jenis
yaitu Modal Asing/Hutang (Long-Term Debt) yang terdiri dari hutang jangka pendek dan jangka panjang serta Modal Sendiri (Shareholder Equity)
yang berupa Modal Saham, Cadangan
dan Laba Ditahan